Pukul sembilan pagi
Tahun yang sudah banyak memberikan kejutan. Iya, ini bukan resolusi tahunan yang seperti orang-orang katakan. Entah kenapa tiba-tiba aku ingin sendirian, tanpa pasangan, tanpa kabar 24/7, tanpa panggilan mesra sepulang kerja, atau tanpa membujuk pasangan karena semalam aku ketiduran.
Sebenarnya, aku ingin untuk berhenti menulis. Tapi, di kala aku mencoba untuk mengambil keputusan itu, banyak teman-teman yang bertanya kapan bukumu terbit lagi? Ahh sialan. Gumamku di dalam hati. Aku jawab saja "mungkin, nanti. Sekarang lagi sibuk kerja, nggak bakalan fokus buat nulis lagi"
Ya, aku memang tidak bisa sendirian. Kalian mungkin tahu maksudku. Tapi, ada pilihan yang paling berat muncul dari hati bahwa memang aku harus sendirian. Di kala sepulang kerja, dan badan butuh istirahat sepertinya, tubuh ini hanya ingin merebah dari banyaknya drama-drama di dalam pekerjaan yang isinya bukan hanya menguras tenaga. Di sisi lain, aku juga butuh tempat sandaran. Terdengar lebay, tapi, ya begitulah perasaan. Hal itu menyuruhku untuk terus memutar otak entah keputusan yang mana yang ingin aku ambil. Pikiran itu rasanya seperti roler coster, terus berputar, selalu muncul, selalu membayangi, dan aku sendiripun tak tahu jawabannya apa. Sembari aku menyeruput wedang hangat, tiba-tiba terdengar isi hati, yasudah, jalani saja.
Jirrr. Udah lama gak nulis lagi, kayaknya bahan tulisan yang sudah menumpuk di isi kepala ingin segera keluar semua setelah hampir 2 tahun ia mengendap dan menumpuk bahkan bisa jadi sudah basi. Sudahlah, nanti aku teruskan. Aku cuman tiba-tiba ingin kembali menulis saja, tanpa paksaan, mungkin ada satu atau dua hal yang sebenarnya kembali muncul kenaoa dulu aku termotivasi untuk terus menulis dan menerbitkan buku. Walaupun aku sendiri tidak yakin, tapi terimakasih untuk kalian yang sudah menanyakan dan mengingatkan. Karena mau sampai kapanpun segala hal yang telah aku mulai harus aku selesaikan. Walaupun sepertinya akan sangat lama, tapi. Semoga.
Komentar
Posting Komentar